| Penulis | : Dewi Santika |
| Kategori | : Mahasiswa |
| Program Studi | : S1 FARMASI |
| Tanggal Publikasi | : 11 Nov 2023 |
Abstrak
Golongan obat yang dikenal sebagai analgesik bekerja dengan cara
menurunkan atau menghambat rasa sakit. Hal ini dapat dicapai dengan beberapa
cara, seperti dengan mencegah sintesis prostaglandin, yang merupakan mediator
persepsi nyeri, atau dengan mengurangi sensitivitas reseptor nyeri terhadap
rangsangan mekanis, termis, elektrik. Minat untuk menggunakan obat berbasis
bahan alami untuk terapi semakin meningkat di masyarakat Indonesia. Buah
kundur merupakan salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai
analgesik. Telah dibuktikan secara empiris bahwa buah kundur (Benincasa
hispida (Thunb.) Cogn.) dapat mengurangi rasa sakit. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk memastikan Pembuatan simplisia, analisis makroskopik dan
mikroskopik, penapisan fitokimia simplisia, dan uji khasiat analgetik dilakukan
secara eksperimental dalam penelitian ini. Asam asetat 0,5% disuntikkan secara
intraperitoneal di bawah perut tikus putih jantan untuk menstimulasi tikus putih
jantan tersebut. pemberian larutan ekstrak etanol buah kundur secara oral dengan
dosis 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, CMC 0,5% (blanko) dan
metampiron 45 mg/kgBB Selama satu jam jumlah hewan yang menggeliat
dihitung setiap sepuluh menit. Selain itu data yang terkumpul diperiksa secara
statistik menggunakan uji Tukey dan SPSS ver. 20 One Way ANOVA. Analisis
simplisia dan ekstrak etanol buah kundur memiliki skrining fitokimia adanya
kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid dan glikosida. Persentase
penurunan geliat meningkat dengan meningkatnya dosis rebusan herba bambu
randu yang mengindikasikan peningkatan potensi dan khasiat analgesik.
Berdasarkan hasil uji Tukey dan uji One Way ANOVA, dosis 400 mg/kgBB
memiliki potensi analgesik terbaik pada menit ke-50 dan tidak berbeda secara
statistik dengan metampiron 45 mg/kgBB.
Kata Kunci: Analgetik; Ekstrak Etanol; Buah Kundur; Metampiron; Metode
Geliat